JAKARTA – Maskapai Trigana Air Service memastikan operasional penerbangan dari dan menuju Wamena tetap berjalan normal meskipun armada mereka kini tidak lagi menginap (RON) di Bandara Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.
Kebijakan ini sempat menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengenai kemungkinan terganggunya jadwal penerbangan reguler, terutama mengingat kondisi geografis dan keterbatasan akses transportasi ke Wamena yang sangat bergantung pada moda udara. Namun pihak maskapai menegaskan bahwa layanan penerbangan ke daerah tersebut tetap aman dan terjadwal seperti biasa.
"Tidak ada perubahan jadwal penerbangan harian. Penerbangan Trigana ke Wamena tetap berlangsung tiga kali sehari seperti biasa, hanya saja waktu keberangkatan pertama sedikit menyesuaikan," tegas Manager Trigana Air Service Wamena, Michael Biduri.
Menurut Michael, perbedaan waktu keberangkatan hanya terjadi pada penerbangan pertama. Bila sebelumnya pesawat yang bermalam di Bandara Wamena bisa langsung lepas landas pukul 07.30 WIT menuju Jayapura, kini waktu keberangkatan menjadi sekitar pukul 08.50 WIT dari Bandara Sentani, Jayapura. Pesawat akan tiba di Wamena sekitar pukul 09.10 WIT, atau terlambat sekitar satu jam dari jadwal sebelumnya.
"Kalau pesawatnya bermalam di Wamena, penerbangan pertama bisa dilakukan lebih pagi. Tapi dengan posisi sekarang di Jayapura, hanya terlambat sedikit. Untuk penerbangan kedua dan ketiga, tidak ada perubahan. Semua tetap normal sesuai schedule," jelas Michael.
Layanan Sipil Tetap Berjalan Seperti Biasa
Michael menegaskan bahwa Trigana tetap berkomitmen melayani penerbangan sipil seperti biasa tanpa gangguan. Pihaknya telah melakukan penyesuaian teknis guna memastikan bahwa pelayanan terhadap masyarakat tidak terpengaruh, termasuk koordinasi dengan Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas I Wamena.
"Kami akan tetap beroperasi seperti biasa dengan jadwal penerbangan yang telah ditetapkan oleh pihak UPBU Kelas I Wamena. Tidak ada yang berubah dalam layanan kami kepada masyarakat," katanya.
Ia juga mengklarifikasi bahwa surat edaran internal yang sempat beredar luas di masyarakat tidak memiliki pengaruh terhadap operasional maskapai. Surat itu merupakan komunikasi internal antara pihak keamanan bandara (Avsec) dengan unsur aviasi lainnya dan tidak terkait langsung dengan jadwal penerbangan sipil.
"Surat itu sifatnya internal, tidak berdampak pada layanan kepada masyarakat. Pelayanan kami tidak terganggu dan tetap berjalan seperti biasa," kata Michael menegaskan.
Sebagian Besar Maskapai Tak Lagi Bermalam di Wamena
Tidak hanya Trigana Air, lanjut Michael, hampir seluruh maskapai sipil yang beroperasi di wilayah Jayawijaya kini memilih untuk tidak bermalam di Bandara Wamena. Hal ini lebih kepada pertimbangan operasional dan efisiensi, serta tidak mempengaruhi komitmen maskapai dalam melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat Papua Pegunungan.
"Kita bukan satu-satunya maskapai yang tak Ron di Wamena. Hampir semua armada penerbangan sipil sekarang bermalam di Jayapura. Ini tidak memengaruhi operasional dan pelayanan," imbuhnya.
Keputusan ini juga mempertimbangkan faktor cuaca dan keselamatan penerbangan yang sangat penting di daerah dengan medan ekstrem seperti Papua. Dengan mengatur kembali waktu keberangkatan dari Jayapura, maskapai dapat menjaga keselamatan penumpang dan kru tanpa mengorbankan jadwal yang telah direncanakan.
Komitmen Layanan Udara ke Daerah Terpencil
Sebagai salah satu maskapai yang aktif melayani rute-rute perintis dan terpencil di wilayah Papua, Trigana Air berperan penting dalam menjaga konektivitas antarwilayah. Wamena, sebagai salah satu pusat ekonomi dan pemerintahan di pegunungan tengah Papua, sangat bergantung pada jalur udara untuk pengangkutan logistik, barang kebutuhan pokok, hingga layanan medis.
"Kami bisa pastikan kalau penerbangan Trigana Air Service tidak terganggu meskipun tak bermalam di Bandara Wamena lagi. Semuanya akan berjalan sesuai jadwal penerbangan yang ada," tutup Michael Biduri.
Dengan pernyataan ini, masyarakat dan pengguna jasa penerbangan di Wamena diharapkan tetap tenang dan percaya pada kelancaran layanan transportasi udara yang selama ini menjadi urat nadi wilayah pegunungan Papua.