JAKARTA - Kebangkitan industri olahraga tinju di Indonesia kini mulai terasa, dimulai dari Pulau Bali.
Ajang tinju bertajuk Pasti Fight yang berlangsung di Atlas Super Club menandai momentum penting tersebut. Acara ini diselenggarakan oleh Uni Combat Council (UCC) dengan promotor Pasti Fight, menghadirkan total 15 partai tinju profesional yang mempertemukan petinju lokal dan internasional.
Dari sembilan atlet profesional Indonesia di kelas WBA Asia Super Fly Weight, turut serta pula petinju dari Thailand dan Filipina. Kehadiran ajang ini menjadi penanda bahwa gairah olahraga tinju yang sempat meredup kini kembali menggeliat di Tanah Air.
Promotor Pasti Fight, Yoan, mengaku bahagia karena acara berlangsung sukses dan mampu menghidupkan kembali semangat dunia tinju Indonesia.
Ia menilai, promotor-promotor baru mulai berani membawa kembali olahraga tarung ini ke publik, sehingga membuka peluang ekonomi baru di bidang combat sport.
“Sempat redup, tapi karena ada beberapa promotor yang mulai naikin lagi, akhirnya combat sport ini wangi lagi di Indonesia. Aku lihat industri olahraga ini sudah mulai naik dan bakal terus berkembang,” ujar Yoan.
Dampak Ekonomi dan Perputaran Uang Miliaran Rupiah
Ajang Pasti Fight tidak hanya menarik perhatian penonton, tetapi juga membuktikan bahwa industri tinju memiliki dampak ekonomi yang besar.
Perputaran uang dari kegiatan ini mencapai miliaran rupiah, mencakup penjualan tiket, merchandise, serta sistem pay per view yang bekerja sama dengan platform Vidio sebagai pemegang hak siar resmi.
Hal ini menjadi bukti nyata bahwa olahraga tinju bukan sekadar hiburan, melainkan juga roda ekonomi baru yang menjanjikan bagi dunia olahraga Indonesia.
Yoan menegaskan bahwa tujuan utama dari ajang seperti ini bukan hanya keuntungan materi, melainkan juga membuka kembali harapan bagi para petinju profesional yang sempat kehilangan wadah untuk berkarier.
“Yang kita kejar bukan hanya materi, tapi bagaimana kita membangun relasi, menciptakan harapan baru bagi para petinju yang sebelumnya merasa tidak punya masa depan,” kata Yoan.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Industri Olahraga Kemenpora, Yusuf Suparman, memperkuat pernyataan tersebut dengan menyebutkan angka konkret
“Perputaran uang dari tinju di Atlas Bali sekitar Rp18 miliar, berasal dari penjualan tiket, pay per view Vidio, penjualan merchandise, dan dampak ekonomi di sekitar lokasi acara,” ungkap Yusuf.
Potensi Besar Menuju Industri Olahraga Modern
Melihat hasil positif dari Pasti Fight, banyak pihak optimistis bahwa industri tinju Indonesia akan terus berkembang. Menurut Yoan, potensi besar tersebut tak hanya datang dari antusiasme lokal, tetapi juga dari perhatian internasional terhadap petinju-petinju Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa tinju dapat menjadi olahraga yang menarik investasi asing jika terus dikelola dengan profesional dan berkelanjutan. Yoan juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, promotor, dan atlet dalam membangun fondasi industri olahraga yang kuat
“Industri tinju ini bukan hanya untuk masyarakat lokal, tapi juga menarik minat penonton luar negeri. Yang penting bagaimana promotor, pemerintah, dan petinju bisa kolaborasi untuk memajukan olahraga ini,” jelasnya.
Masa Depan Cerah Industri Tinju Indonesia
Kebangkitan tinju nasional dari Bali menjadi sinyal positif bahwa olahraga ini siap kembali ke masa kejayaannya. Sebelumnya, industri tinju Indonesia sempat menikmati masa emasnya sekitar satu dekade lalu sebelum mengalami penurunan minat dan dukungan.
Kini, dengan promotor yang semakin kreatif, dukungan platform digital, dan keterlibatan pemerintah, tinju kembali menunjukkan potensinya sebagai industri olahraga masa depan.
Ajang seperti Pasti Fight membuka jalan bagi regenerasi petinju muda serta menarik sponsor dan investor untuk kembali melirik dunia tinju Indonesia. Dengan dukungan yang konsisten, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat Indonesia akan kembali melahirkan petinju-petinju berkelas dunia.