JAKARTA - Upaya Indonesia menuju transisi energi bersih tidak hanya bertumpu pada kebijakan pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif dari pelaku industri strategis. Di sektor pertambangan, BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID, mengambil posisi penting sebagai motor penggerak dekarbonisasi nasional. Melalui berbagai strategi pengurangan emisi dan pemanfaatan energi terbarukan, MIND ID menegaskan komitmennya dalam mewujudkan industri mineral yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Direktur Utama MIND ID, Maroef Sjamsoeddin, menekankan bahwa keberlanjutan merupakan inti dari strategi bisnis perseroan. Dalam forum MINDialogue 2025, ia menyatakan bahwa seluruh anggota holding terus menjalankan pengelolaan sumber daya mineral serta hilirisasi dengan memperhatikan aspek lingkungan.
“Bagi MIND ID, keberlanjutan bukan sekadar tambahan, melainkan bagian utama dari strategi bisnis. Komitmen ini diwujudkan melalui langkah nyata menekan emisi sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan,” ujar Maroef.
Target Penurunan Emisi 21,4 Persen
MIND ID menetapkan target ambisius, yaitu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 21,4 persen dari skenario business as usual pada tahun 2030. Target ini setara dengan pengurangan 6,6 juta ton CO2e.
Untuk mewujudkannya, MIND ID telah menyiapkan empat strategi utama yang dijalankan di seluruh anggota grup:
Konversi bahan bakar rendah karbon sebagai langkah mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Efisiensi operasional di seluruh lini produksi agar emisi dapat ditekan tanpa mengurangi produktivitas.
Peningkatan penggunaan energi terbarukan melalui investasi pada teknologi ramah lingkungan.
Pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) untuk memperluas kontribusi energi hijau dalam operasional.
Dengan strategi ini, MIND ID berharap bisa memberi kontribusi signifikan bagi pencapaian komitmen iklim Indonesia.
Inisiatif Nyata dari Anggota Holding
Komitmen dekarbonisasi MIND ID tercermin dari berbagai inisiatif anggota grup. Setiap entitas di bawah holding telah mengambil langkah konkret sesuai dengan karakteristik bisnis masing-masing.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) berhasil menurunkan emisi sekitar 13 ribu ton CO2e pada 2024 melalui penggunaan B35 di peralatan tambang.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melakukan terobosan dengan menggunakan bucket wheel excavator bertenaga listrik di Tanjung Enim, yang mampu menekan emisi hingga 5.200 ton CO2e.
PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) memastikan lebih dari 99 persen energi produksi aluminium bersumber dari PLTA Asahan, sehingga hampir sepenuhnya mengandalkan energi hijau.
PT Timah Industri mengoperasikan PLTS atap 300 kWp, yang sanggup menurunkan emisi sekitar 300 ton CO2e per tahun.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa transformasi menuju mineral hijau bukan sekadar wacana, melainkan sudah diterapkan dalam kegiatan operasional sehari-hari.
Langkah Jangka Panjang
Selain program jangka pendek, MIND ID juga tengah mengkaji sejumlah opsi untuk mendukung strategi dekarbonisasi jangka panjang. Beberapa di antaranya mencakup carbon offset, carbon trading, serta pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) dalam skala yang lebih luas.
Upaya ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi target nasional, tetapi juga menjawab tuntutan global terhadap industri mineral Indonesia agar lebih ramah lingkungan. Dengan begitu, posisi Indonesia sebagai pemain penting di pasar mineral dunia tetap terjaga sekaligus memberi nilai tambah melalui standar keberlanjutan.
Mineral Hijau untuk Masa Depan
Maroef Sjamsoeddin menegaskan bahwa MIND ID ingin menjadi lebih dari sekadar holding pertambangan. Visi perusahaan adalah menjadi motor transformasi energi bersih nasional, sejalan dengan semangat “Mining for Indonesia and the World.”
“Kami yakin masih banyak ruang bagi MIND ID untuk berkontribusi lebih besar. Melalui dekarbonisasi, MIND ID ingin berperan aktif dalam pencapaian target iklim nasional sekaligus menjawab ekspektasi global terhadap mineral hijau Indonesia,” tegas Maroef.
Dengan langkah-langkah tersebut, MIND ID bukan hanya mendukung agenda pemerintah dalam pengendalian perubahan iklim, tetapi juga menunjukkan bahwa sektor pertambangan mampu bertransformasi menuju industri hijau. Transisi ini menjadi bukti bahwa keberlanjutan dan produktivitas bisa berjalan beriringan, memberikan manfaat ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.