Rupiah Berfluktuasi, Investor Berharap Keputusan The Fed Bawa Angin Segar

Selasa, 07 Oktober 2025 | 11:03:29 WIB
Rupiah Berfluktuasi, Investor Berharap Keputusan The Fed Bawa Angin Segar

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan terbaru.

Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar keuangan global yang masih dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk kebijakan moneter AS dan kondisi politik dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat ditutup menguat 20,50 poin atau 0,12% ke posisi Rp16.583 per dolar AS, sementara indeks dolar AS justru terapresiasi 0,76% ke level 98,46. Mata uang utama di Asia tercatat melemah, seperti yen Jepang yang terdepresiasi 1,87% dan won Korea Selatan sebesar 0,53%.

Ringgit Malaysia serta peso Filipina juga menunjukkan pelemahan masing-masing sebesar 0,19% dan 0,83%. Kondisi ini menandakan tekanan eksternal masih kuat terhadap pergerakan mata uang di kawasan, termasuk rupiah.

Sentimen The Fed dan Ketidakpastian Politik AS

Kondisi pasar global saat ini didominasi oleh ekspektasi terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir Oktober mendatang. Ekspektasi ini semakin menguat seiring data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan pelemahan.

Chief market economist Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, menilai bahwa pasar tengah mengalami bias momentum akibat dua faktor utama. Di satu sisi, shutdown pemerintahan AS menimbulkan sentimen negatif, namun di sisi lain, meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga memberikan harapan bagi pelaku pasar.\

“Pasar memperkirakan The Fed akan lebih dermawan dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya,” ungkapnya. Sementara itu, gejolak politik AS terus menjadi faktor tambahan yang menahan laju penguatan aset negara berkembang.

Para senator kembali gagal mencapai kesepakatan terkait proposal pengeluaran pemerintah federal, memperpanjang penutupan pemerintahan hingga pekan depan.

Proyeksi Pergerakan Rupiah dan Faktor Domestik

Pengamat forex, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun cenderung melemah di kisaran Rp16.580 hingga Rp16.530 per dolar AS.

Ia menjelaskan bahwa penguatan indeks dolar terjadi karena pasar global menilai peluang pemangkasan suku bunga The Fed mencapai lebih dari 99% berdasarkan data CME FedWatch.

“Pasar semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, sehingga dolar kembali menguat terhadap sebagian besar mata uang utama,” ujar Ibrahim.

Selain faktor eksternal, tekanan terhadap rupiah juga datang dari dalam negeri. Keterlambatan penyerapan anggaran kementerian/lembaga (K/L) menjadi salah satu penyebab utama.

Efisiensi anggaran yang diterapkan sejak awal tahun membuat sejumlah instansi perlu menyesuaikan kembali alokasi belanja mereka. Meski demikian, pemerintah tetap optimistis bahwa realisasi anggaran akan meningkat menjelang akhir tahun. Kementerian Keuangan melaporkan bahwa sudah ada 12 K/L besar dengan tingkat realisasi belanja mencapai sekitar 80%.

Perdagangan Awal: Rupiah Menguat Tipis di Pagi Hari

Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat tipis 0,02% ke level Rp16.579 per dolar AS. Data Bloomberg menunjukkan bahwa indeks dolar AS juga naik 0,11% menjadi 98,21.

Di kawasan Asia Pasifik, pergerakan mata uang tampak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,09%, dolar Hong Kong stagnan, dan dolar Singapura turun 0,01%. Sementara itu, dolar Taiwan menguat 0,54%, peso Filipina naik 0,18%, dan ringgit Malaysia turut menguat 0,02%.

Kondisi ini menggambarkan bahwa pasar masih menunggu kejelasan arah kebijakan moneter global, khususnya dari The Fed.

Investor cenderung berhati-hati dalam mengambil posisi menjelang keputusan suku bunga pada akhir bulan. Dengan berbagai faktor eksternal dan domestik yang berpengaruh, pergerakan rupiah diperkirakan akan tetap dinamis dalam waktu dekat.

Optimisme Terbatas di Tengah Ketidakpastian

Meskipun tekanan global masih tinggi, peluang penguatan rupiah tetap terbuka apabila sentimen terhadap pemangkasan suku bunga AS semakin kuat. Selain itu, percepatan realisasi anggaran pemerintah di dalam negeri juga diharapkan dapat memberikan dorongan positif terhadap stabilitas ekonomi nasional.

Rupiah kemungkinan besar akan tetap bergerak dalam rentang sempit sambil menanti arah kebijakan The Fed dan perkembangan situasi geopolitik global, termasuk negosiasi damai di Gaza serta konflik yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Dengan berbagai dinamika ini, pelaku pasar diharapkan tetap cermat dalam memantau setiap perubahan sentimen agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.

Terkini