Rupiah Masih Tertekan, Risiko Tembus Rp16.600 Per Dolar AS

Kamis, 09 Oktober 2025 | 14:21:02 WIB
Rupiah Masih Tertekan, Risiko Tembus Rp16.600 Per Dolar AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu 8 Oktober 2025. 

Kondisi ini menegaskan bahwa tekanan eksternal maupun domestik masih membayangi kinerja mata uang Garuda, dengan pasar kini menanti risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan menjadi sentimen kunci pada Kamis 9 Oktober 2025.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,07% ke level Rp16.573 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan pelemahan 0,28% ke Rp16.606 per dolar AS.

Tekanan Ganda: Global dan Domestik

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan pelemahan rupiah kali ini terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS yang terus ditopang pernyataan bernada hawkish dari pejabat The Fed.

“Namun, intervensi BI membatasi pelemahan,” ungkap Lukman.

Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga tidak lepas dari sentimen domestik. Penurunan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia pada September memperburuk persepsi pasar terhadap prospek ekonomi nasional.

 Melemahnya keyakinan konsumen dinilai bisa menekan daya beli masyarakat, sehingga memberi sinyal perlambatan terhadap momentum pemulihan ekonomi.

Kombinasi faktor global dan domestik inilah yang menjadikan rupiah sulit keluar dari tekanan.

Pasar Tunggu Risalah FOMC

Fokus utama investor saat ini adalah hasil risalah rapat FOMC yang akan dipublikasikan pada Rabu malam waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Dokumen ini dianggap penting karena akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve ke depan.

Menurut Lukman, Ketua The Fed Jerome Powell kemungkinan besar akan tetap mempertahankan nada hawkish. Langkah ini sejalan dengan strategi bank sentral AS dalam menghadapi inflasi yang masih di atas target.

“Hal ini akan mendorong dolar AS kembali menguat dan menekan rupiah,” terangnya.

Dengan demikian, pergerakan rupiah pada Kamis 9 Oktober 2025 diperkirakan akan sangat dipengaruhi oleh sentimen dari FOMC tersebut.

Proyeksi Rupiah Kamis 9 Oktober2025

Lukman memproyeksikan bahwa rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahan pada perdagangan Kamis. Mata uang Garuda diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.500–Rp16.650 per dolar AS.

Level ini menunjukkan kemungkinan rupiah akan kembali menguji area Rp16.600, yang menjadi titik psikologis baru bagi pasar. Jika tekanan dolar semakin kuat pasca risalah FOMC, peluang rupiah tembus ke level tersebut dinilai cukup besar.

Sentimen Lain yang Membayangi

Selain risalah FOMC, beberapa faktor lain turut diperhatikan pelaku pasar:

Ekspektasi Kebijakan The Fed
Pasar memperkirakan The Fed belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, bahkan bisa menahannya lebih lama jika inflasi tetap tinggi. Sikap hawkish ini membuat permintaan dolar terus meningkat.

Kinerja Ekonomi Domestik
Turunnya IKK mengindikasikan konsumsi rumah tangga — salah satu motor utama ekonomi Indonesia — berpotensi melemah. Jika kondisi ini berlanjut, prospek pertumbuhan ekonomi bisa dipertanyakan, sehingga investor asing enggan masuk ke aset berdenominasi rupiah.

Intervensi Bank Indonesia
BI dinilai masih aktif menjaga stabilitas rupiah, baik lewat intervensi di pasar valas maupun instrumen moneter lainnya. Namun, kemampuan intervensi tetap terbatas apabila tekanan eksternal meningkat tajam.

Dolar AS Masih Jadi Raja

Menguatnya dolar AS dalam beberapa pekan terakhir bukan hanya terjadi terhadap rupiah. Mata uang global lain juga merasakan dampak serupa, seiring pasar menilai kebijakan moneter AS masih lebih ketat dibandingkan banyak negara lain.

Dengan posisi dolar yang kokoh, negara berkembang seperti Indonesia perlu menjaga stabilitas ekonomi makro agar pelemahan mata uang tidak semakin dalam.

Prospek Hingga Akhir Tahun

Beberapa analis menilai pelemahan rupiah berpotensi berlanjut hingga akhir 2025. Bahkan, sejumlah proyeksi menyebutkan rupiah bisa menyentuh Rp17.000 per dolar AS apabila tekanan global tidak mereda.

Namun, potensi perbaikan tetap terbuka jika inflasi AS berhasil ditekan, sehingga The Fed memberi sinyal lebih dovish, serta jika indikator domestik Indonesia kembali menunjukkan penguatan.

Dengan demikian, sisa 2025 menjadi periode krusial bagi rupiah dalam menghadapi ketidakpastian global maupun kondisi ekonomi dalam negeri.

Kesimpulan

Rupiah kembali tertekan pada perdagangan Rabu 8 Oktober 2025, melemah ke Rp16.573 per dolar AS di pasar spot, sementara kurs Jisdor menyentuh Rp16.606. Faktor global berupa nada hawkish The Fed dan faktor domestik berupa turunnya IKK menjadi penyebab utama.

Pasar kini menunggu risalah rapat FOMC yang akan dirilis malam ini. Jika The Fed semakin hawkish, dolar AS diperkirakan makin perkasa dan rupiah berpotensi menembus level Rp16.600 pada Kamis 9 Oktober 2025. 

Terkini